Artikel

Mendidik Anak Berkarakter Islami

Mendidik Anak Berkarakter Islami

July 29, 2016

Guru dikenal dikenal sebagai profesi seseorang di sekolah yang bertugas mengajar anak-anak. Tetapi pada hakikatnya semua manusia merupakan seorang guru apabila ia dapat mengajarkan sesuatu yang bermanfaaat kepada orang lain. Tentulah salah satu peran guru berada pada orang tua. Tugas orang tua sebagai guru bersifat alami dan natural. Hal inilah yang akan membentuk bagaimana karakter seorang anak nantinya. Maka sangat penting bagi orang tua untuk memahami pendidikan karakter untuk anak.

 

                Pendidikan karakter adalah pendidikan dalam membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya (Thomas Lickona, 1991).

 

                Karakter seorang anak terbentuk dari kebiasaannya sehari-hari. Karena kontinuitas inilah yang membentuk karakter secara permanen dan tahan lama. Teori-teori pendidikan pun bermunculan. Teori yang mengatakan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh faktor lingkungan yang dipelopori oleh Jhon Locke yang dikenal sebagai teori Empirisme, Teori yang mengatakan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh faktor hereditas atau pembawaan yang dipelopori oleh Arthur Schopen Hauer yang dikenal sebagi teori Nativisme, dan banyak lagi teori-teori yang mengemukakan perkembangan seorang anak serta faktor-faktornya.

 

                Padahal apabila kita cermati, semua faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain, dari mulai keluarga, pembawaan serta lingkungan dimana anak itu tinggal. Apabila kita melihat dari pendidikan Islam untuk anak, sebenarnya kita bisa melatih karakter anak-anak itu pada kegiatan sehari-harinya sesuai dengan anjuran dan kebiasaan Nabi Muhammad SAW. Beberapa hal yang dapat melatih karakter anak-anak antara lain:

 

  1.                    Pertama, biasakan anak untuk menggunakan tangan kanan dalam mengambil, memberi, makan, minum, menulis dan menerima tamu. Mengajarkannya untuk mengawali setiap pekerjaan dengan bacaan basmalah terutama untuk makan dan minum. Dan harus dilakukan dengan duduk serta mengakhirinya dengan membaca hamdalah. Membiasakan anak-anak jujur dalam perkataan dan perbuatan. Hendaknya kita juga tidak berbohong kepada mereka, meskipun kita hanya bergurau. Jika kita menjanjikan sesuatu hendaknya kita penuhi.

 

  1.                    Kedua, membiasakan anak untuk selalu menjaga kebersihan, memotong kukunya, mencuci kedua tangannya sebelum dan sesudah makan, dan mengajarinya untuk bersuci ketika buang air kecil dan buang air besar, sehingga tidak meninggalkan kotoran atau najis pada pakaiannya dan shalatnya menjadi sah.

 

  1.                    Ketiga, berlemah lembut dalam memberi nasehat kepada mereka dengan cara rahasia. Tidak membuka kesalahan mereka di di depan umum. Jika mereka tetap membandel maka kita diamkan selama tiga hari, dan tidak boleh lebih dari itu. Ingatkan juga mereka supaya tidak kafir mencela dan melaknat orang serta berbicara yang jelek. Kita juga hendaknya menjaga ucapan di depan mereka agar menjadi teladan yang baik bagi mereka.

 

  1.                    Keempat, memberi kasur pada setiap anak jika memungkinkan, jika tidak maka setiap anak diberikan selimut sendiri-sendiri. Akan lebih utama jika anak perempuan mempunyai kamar sendiri dan anak laki-laki mempunyai kamar sendiri, guna menjaga akhlak dan kesehatan mereka. Melarang anak membaca majalah dan gambar porno serta cerita-cerita komik persilatan dan seksualitas. Membatasi tontonan mereka di Televisi karena tontonan sekarang ini berbahaya bagi akhlak dan masa depan anak-anak.

 

  1.                    Kelima, membiasakan untuk tidak membuang sampah di tengah jalan. Beritahu juga mereka akibat apabila membuang sampah jangan sembarangan. Berpesan juga kepada anak-anak untuk berbuat baik kepada tetangga dan tidak menyakiti mereka serta membiasakan anak bersikap hormat dan memuliakan tamu serta menghidangkan suguhan baginya

 

  1.                    Keenam, mengajarkan mereka untuk menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran , tidak takut kecuali kepada Allah dan tidak menakut-nakuti mereka dengan cerita yang menakutkan serta mewaspadai pergaulan mereka dengan kawan-kawan yang nakal, mengawasi mereka, dan melarang mereka duduk-duduk di pinggir jalan.

 

  1.                    Ketujuh, memberi salam kepada anak-anak di rumah, di jalan, dan di kelas dengan lafadzh Assalamu’alaikum, jangan biasakan menyapa dengan kata Hai, Hallo, ataupun ucapan salam lainnya, karena ucapan itu merupakan sebuah do’a. Jangan mendoakan kejelekan kepada anak , karena do’a baik maupun buruk kadang-kadang dikabulkan, dan mungkin menambah kesesatan mereka. Lebih baik jika kita mengatakan kepada anak, “Semoga Allah Memperbaikimu”. Biasakan juga budaya 5S kepada anak-anak (Salam, Senyum, Sapa, Sopan dan Santun).

 

  1.                    Kedelapan, membiasakan anak-anak untuk memakai pakaian sesuai jenisnya sehingga pakaian wanita tidak sama dengan laki-laki, memberikan kain penutup aurat kepada anak perempuan sejak kecil supaya terbiasa pada saat dewasa serta menjauhi pakaian-pakaian ala Barat seperti celana dan baju yang sempit dan terbuka. Berikan juga pengetahuan kepada mereka tentang pentingnya menjaga aurat

 

  1.                    Kesembilan, menyuruh anak-anak untuk diam ketika adzan berkumandang dan menjawab bacaan-bacaan adzan serta untuk anak laki-laki dibiasakan shalat berjamaah di masjid. Beritahu mereka juga dengan janji surga, bahwa surga akan diberikan kepada orang-orang yang melakukan shalat, puasa, menaati kedua orang tua dan berbuat amalan yang diridhai oleh Allah serta menakut-nakuti mereka dengan neraka, bahwa neraka diperuntukkan bagi orang yang meninggalkan shalat, menyakiti orang tua, membenci Allah, melakukan hukum selain hukum Allah dan memakan harta orang dengan menipu, korupsi dan lain sebagainya.

 

  1.                Terakhir, memberikan cerita-cerita yang mendidik, bermanfaat dan islami, seperti serial cerita-cerita dalam alQuran dan sejarah Islam lainnya serta ceritakan juga perjuangan para sahabat-sahabat nabi yang terus semangat melawan kejahatan meskipun nyawa taruhannya.

 

Memaknai Ayat-Ayat Puasa

Memaknai Ayat-Ayat Puasa

June 20, 2016

Memaknai Ayat-Ayat Puasa - "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (Yaitu) dalam beberapa hari yang teutentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak beupuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui". (Al-Baqarah: 183-184).

Allah SWT berfirman yang ditujukan kepada orang-orang beriman dari umat ini, seraya menyuruh mereka agar berpuasa. Yaitu menahan dari makan, minum dan bersenggama dengan niat ikhlas karena Allah SWT. Karena di dalamnya terdapat penyucian dan pembersihan jiwa, juga menjernihkannya dari pikiran-pikiran yang buruk dan akhlak yang rendah. 

Allah SWT menyebutkan, di samping mewajibkan atas umat ini, hai yang sama juga telah diwajibkan atas orang-orang terdahulu sebelum mereka. Dari sanalah mereka mendapat teladan. Maka, hendaknya mereka berusaha menjalankan kewajiban ini secara lebih sempurna dibanding dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Tafsir Ibn Katsir, 11313.) 

Lalu, Dia memberikan alasan diwajibkannya puasa tersebut dengan menjelaskan manfaatnya yang besar dan hikmahnya yang tinggi. Yaitu agar orang yang berpuasa mempersiapkan diri untuk bertaqwa kepada Allah SWT. Yakni dengan meninggalkan nafsu dan kesenangan yang dibolehkan, semata-mata untuk mentaati perintah Allah SWT dan mengharapkan pahala di sisi-Nya. Agar orang beriman termasuk mereka yang bertaqwa kepada Allah SWT, taat kepada semua perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan dan segala yang diharamkan-Nya. (Tafsir Ayaatul Ahkaam, oleh Ash Shabuni, I/192.) 

Ketika Allah SWT menyebutkan bahwa Dia mewajibkan puasa atas mereka, maka Dia memberitahukan bahwa puasa tersebut pada hari-hari tertentu atau dalam jumlah yang relatif sedikit dan mudah. Di antara kemudahannya yaitu puasa tersebut pada bulan tertentu, di mana seluruh umat Islam melakukannya. 

Lalu Allah SWT memberi kemudahan lain, seperti disebutkan dalam firman-Nya:


"Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain." (Al-Baqarah: 184). 

Karena biasanya berat, maka Allah SWT memberikan keringanan kepada mereka berdua untuk tidak berpuasa. Dan agar hamba mendapatkan kemaslahatan puasa, maka Allah SWT memerintahkan mereka berdua agar menggantinya pada hari-hari lain. Yakni ketika ia sembuh dari sakit atau tak iagi melakukan perjalanan, dan sedang dalam keadaan luang. (Lihat kitab Tafsiirul Lat'nifil Mannaan fi Khulaashati Tafsiiril Qur'an, oleh Ibnu Sa'di, hlm. 56). 

Dan firman Allah SWT:" Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari lain." (Al-Baqarah : 184). 

Maksudnya, seseorang boleh tidak berpuasa ketika sedang sakit atau dalam keadaan bepergian, karena hal itu berat baginya. Maka ia dibolehkan berbuka dan mengqadha'nya sesuai dengan bilangan hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari lain. 

Adapun orang sehat dan mukim (tidak bepergian) tetapi berat (tidak kuat) menjalankan puasa, maka ia boleh memilih antara berpuasa atau memberi makan orang miskin. Ia boleh berpuasa, boleh pula berbuka dengan syarat memberi makan kepada satu orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkannya. Jika ia memberi makan lebih dari seorang miskin untuk setiap harinya, tentu akan lebih baik. Dan bila ia berpuasa, maka puasa lebih utama daripada memberi makanan. Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas berkata: "Karena itulah Allah SWT berfirman: "Dan berpuasa lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (Tafsir Ibnu Katsir; 1/214).

 

Firman Allah SWT: "(Beberapa hari yang ditentukan itu adalah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petuniuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (Al-Baqarah: 185). 

Allah SWT memberitahukan bahwa bulan yang di dalamnya diwajibkan puasa bagi mereka itu adalah bulan Ramadhan. Bulan di mana Al-Qur'an –yang dengannya Allah SWT memuliakan umat Muhammad- diturunkan untuk pertama kalinya. Allah SWT menjadikan Al-Qur'an sebagai undang-undang serta peraturan yang mereka pegang teguh dalam kehidupan. Di dalamnya terdapat cahaya dan petunjuk. Dan itulah jalan kebahagiaan bagi orang yang ingin menitinya. Di dalamnya terdapat pembeda antara yang hak dengan yang batil, antara petunjuk dengan kesesatan dan antara yang halal dengan yang haram. 

Allah SWT menekankan puasa pada bulan Ramadhan karena bulan itu adalah bulan diturunkannya rahmat kepada segenap hamba. Dan Allah SWT tidak menghendaki kepada segenap hamba-Nya kecuaii kemudahan. Karena itu Dia membolehkan orang sakit dan musafir berbuka puasa pada hari-hari bulan Ramadhan (Tafsir Ayarul Ahkam oleh Ash Shabuni, I/192), dan memerintahkan mereka menggantinya, sehingga sempurna bilangan satu bulan. Selain itu, Dia juga memerintahkan memperbanyak dzikir dan takbir ketika selesai melaksanakan ibadah puasa, yakni pada saat sempurnanya' bulan Ramadhan. Karena itu Allah SWT berfirman:

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur." (Al-Baqarah: 185). 

Maksudnya, bila Anda telah menunaikan apa yang diperintahkan Allah SWT, taat kepada-Nya dengan menjalankan hal-hal yang diwajibkan dan meninggalkan segala yang diharamkan serta menjaga batasan-batasan (hukum)-Nya, maka hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur karenanya. (Tafsir Ibnu Karsir, 1/218).

Lain Allah SWT berfirman: "Dan apabila para hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo 'a apabila ia memohon Kepada-Ku maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Al-Baqarah:186).

Sebab Turunnya ayat tentang Puasa

Diriwayatkan bahwa seorang Arab badui bertanya : "Wahai Rasulullah, apakah Tuhan kita dekat sehingga kita berbisik atau jauh sehingga kita berteriak (memanggil-Nya ketika berdo'a)?" Nabi r hanya terdiam, sampai Allah SWT menurunkan ayat di atas. (Tafsir Ibnu Katsir; I/219). 

Tafsiran ayat: Allah SWT menjelaskan bahwa Diri-Nya adalah dekat. Ia mengabulkan do'a orang-orang yang memohon, serta memenuhi kebutuhan orang-orang yang meminta. Tidak ada tirai pembatas antara Diri-Nya dengan sarah seorang hamba-Nya. Karena itu, seyogyanya mereka menghadap hanya kepada-Nya dalam berdo'a dan merendahkan diri, lurus dan memurnikan ketaatan pada-Nya semata. (Tafsir Ibnu Katsir, I/218.) 

Adapun hikmah penyebutan Allah SWT akan ayat ini yang memotivasi memperbanyak do'a berangkaian dengan hukum-hukum puasa adalah bimbingan kepada kesungguhan dalam berdo'a, ketika bilangan puasa telah sempurna, bahkan setiap kali berbuka. 

Memahami Makna Tahun Baru Hijriyah

Memahami Makna Tahun Baru Hijriyah

October 21, 2015

Satu Muharam atau tahun baru Hijriah ditandai dengan pindahnya Nabi Muhammad SAW dari Makah ke Madinah 14 abad silam. Di samping itu, setiap menyambut datangnya tahun baru Hijriah selalu didahului oleh dua peristiwa penting dalam Islam, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Baik Idul Fitri maupun Idul Adha memiliki makna dan hubungan yang erat dengan satu Muharam, datangnya tahun baru Islam.

Seseorang yang akan pindah, selayaknyalah dia mempersiapkan bekal. Pindah untuk menuju satu tahun ke depan, tentu dia dituntut lebih siap lagi. Bekal yang diwajibkan Allah untuk persiapan satu tahun adalah ibadah puasa dan haji. Ibadah puasa bertujuan agar kita mampu mengendalikan hawa nafsu, sedangkan ibadah haji untuk melawan dan menundukkan godaan syaitan yang terkutuk.

Allah mengikat syaitan selama bulan puasa agar seseorang memusatkan dirinya mengendalikan hawa nafsu yang berasal dari dalam dirinya. Apabila masih terjadi kemaksiatan dimana-mana di bulan suci Ramadhan, berarti manusia-manusia itu sendiri tabiatnya sudah sama dengan syaitan, karena disebutkan dalam surat An-Naas [114]: ayat 6, bahwa syaitan itu terdiri dari 2 golongan, golongan jin dan golongan manusia.

Setelah selesai mengendalikan hawa nafsu, diharapkan kita semua “lulus” dihari yang fitri (1 syawal) menjadi insan yang ber “taqwa” , kita kemudian dituntut untuk menghadapi dan bahkan melenyapkan musuh yang berasal dari luar, yaitu godaan syaitan. Kendati godaan syaitan dan nafsu sama-sama tidak tampak, keduanya berbeda dalam cara dan tujuan.

Cara untuk melawan godaan syaitan tidak dengan berpuasa, tetapi yang paling afdol dengan ibadah haji. Salah satu wajib haji adalah melempar jumrah di Mina yang melambangkan mengusir & melawan syaitan. Syaitan berada di luar diri kita. Karena itu, kita perlu mempersiapkan senjata untuk melawannya, yaitu batu. Dalam puasa, kita dituntut untuk mengendalikan hawa nafsu bukan melenyapkannya. Tapi, pada saat haji, kita dituntut untuk mengalahkan syaitan dan sekaligus melenyapkannya. Mengendalikan hawa nafsu diwajibkan setiap tahun, sedangkan memerangi syaitan hanya sekali seumur hidup dengan ibadah “haji”.

Setelah keduanya dapat ditaklukkan, berarti kita sudah siap hijrah ke tahun berikutnya. Dengan demikian, ketika menyambut tahun baru 1 Muharam, kita memulai kegiatan dengan bekal yang matang, program yang jelas, dan penuh dengan rasa percaya diri…dengan “hati yang bersih”

Sungguh Allah SWT telah mengatur urutan-urutan itu, yakni mulai dari perintah puasa dan Idul Fitrinya, kemudian Haji dan Idul Adha dengan menyembelih hewan qurban, akhirnya menyambut tahun baru Hijrah dalam puncak ke “taqwa”an.. Kondisi puncak ketaqwaan inilah yang harus kita pertahankan sejak memasuki tahun baru Hijriyah hingga 11 bulan kedepan sampai ketemu bulan suci Ramadhan lagi… Kondisi seperti ini…berulang-ulang sepanjang tahun, menjadi hamba Allah yang bertaqwa ini terus-menerus kita pertahankan hingga ajal menjemput kita.. insya Allah kalau bisa seperti ini… kita dimatikan Allah SWT dalam keadaan khusnul khatimah (akhir yang baik), amin.

Bulan Muharram bagi umat Islam dipahami sebagai bulan Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, yang sebelumnya bernama “Yastrib”. Sebenarnya kejadian hijrah Rasulullah tersebut terjadi pada malam tanggal 27 Shafar dan sampai di Yastrib (Madinah) pada tanggal 12 Rabiul awal. Adapun pemahaman bulan Muharram sebagai bulan Hijrah Nabi, karena bulan Muharram adalah bulan yang pertama dalam kalender Qamariyah yang oleh Umar bin Khattab, yang ketika itu beliau sebagai khalifah kedua sesudah Abu Bakar, dijadikan titik awal mula kalender bagi umat Islam dengan diberi nama Tahun Hijriah.

Memang kita bisa merasakan bedanya peristiwa penyambutan tahun baru Masehi dan tahun baru Islam (Hijriah). Tahun baru Islam disambut biasa-biasa saja, jauh dari suasana meriah, tidak seperti tahun baru Masehi yang disambut meriah termasuk oleh masyarakat muslim sendiri. Sebagai titik awal perkembangan Islam, seharusnya umat Islam menyambut tahun baru Islam ini dengan semarak, penuh kesadaran sambil introspeksi, merenungkan apa yang telah dilakukan dalam kurun waktu setahun yang telah berlalu.

Banyak manusia yang terlena oleh momen pergantian tahun. Waktu penting yang seharusnya dijadikan sarana instrospeksi diri, malah telah disalahgunakan sebagai sikap melampaui batas, berhura-hura semalam suntuk hingga terbit matahari…bukannya untuk mendekatkan diri…memohon ampun kepada Allah SWT, tapi malah sebaliknya, mengatas namakan kegembiraan, mereka melupakan nikmat Allah dengan menggelar kemungkaran dan sikap-sikap yang membawa kehancuran dan amarah Allah… naudzubillahimindaliq.

Dalam bahasa Arab, hijrah bisa diartikan sebagai pindah atau migrasi. Tafsiran hijrah disini diartikan sebagai awal perhitungan kalender Hijriyah, sehingga setiap tanggal 1 Muharam ditetapkan sebagi hari besar Islam. Memang, sejak hijrahnya Rasulullah ke Yatsrib, sebuah kota subur, terletak 400 kilometer dari Makkah, Islam lebih memfokuskan pada pembentukan masyarakat muslim yang tidak kampungan dibawah pimpinan Rasulullah.

Itulah sebabnya kota Yastrib dirubah namanya menjadi Al-Madinah yang artinya “kota” atau lebih tenar lagi disebut kota Rasulullah. Inilah satu nilai yang sangat penting kenapa hijrah dijadikan sebagai titik awal terbitnya fajar baru peradaban umat Islam. Terbitnya fajar baru ini berkat hijrah. Maka hijrah dengan demikian selalu membuat perubahan. Hijrah merupakan usaha dan semangat besar manusia yang ingin merubah masyarakat yang beku menjadi manusia yang maju, sempurna dan bersemangat.

Jadi inti dari peringatan tahun baru Hijriah adalah pada soal perubahan, maka ada baiknya momen pergantian tahun ini kita jadikan sebagai saat saat untuk merubah menjadi lebih baik. Itulah fungsi peringatan tahun baru Islam.
Ada 3 pesan perubahan dalam menyambut tahun baru Hijriah ini, yaitu:
1. Hindari kebiasaan-kebiasaan lama / hal-hal yang tidak bermanfaat pada tahun yang lalu untuk tidak diulangi lagi di tahun baru ini.
2. Lakukan amalan-amalan kecil secara istiqamah, dimulai sejak tahun baru ini yang nilai pahalanya luar biasa dimata Allah SWT, seperti membiasakan shalat dhuha 2 raka’at, suka sedekah kepada fakir miskin, menyantuni anak-anak yatim, dll.
3. Usahakan dengan niat yang ikhlas karena Allah agar tahun baru ini jauh lebih baik dari tahun kemarin dan membawa banyak manfaat bagi keluarga maupun masyarakat muslim lainnya.

Bagi kita umat Islam di Indonesia, sudah tidak relevan lagi berhijrah berbondong-bondong seperti jijrahnya rasul, mengingat kita sudah bertempat tinggal di negeri yang aman, di negeri yang dijamin kebebasannya untuk beragama, namun kita wajib untuk hijrah dalam makna “hijratun nafsiah” dan “hijratul amaliyah” yaitu perpindahan secara spiritual dan intelektual, perpindahan dari kekufuran kepada keimanan, dengan meningkatkan semangat dan kesungguhan dalam beribadah, perpindahan dari kebodohan kepada peningkatan ilmu, dengan mendatangi majelis-majelis ta’lim, perpindahan dari kemiskinan kepada kecukupan secara ekonomi, dengan kerja keras dan tawakal.

Pendek kata niat yang kuat untuk menegakkan keadilan, kebenaran dan kesejahteraan umat sehingga terwujud “rahmatal lil alamin” adalah tugas suci bagi umat Islam, baik secara indifidual maupun secara kelompok. Tegaknya Islam dibumi nusantara ini sangat tergantung kepada ada tidaknya semangat hijrah tersebut dari umat Islam itu sendiri.

Semoga dalam memasuki tahun baru yakni 1437 Hijriyah ini, semangat hijrah Rasulullah SAW, tetap mengilhami jiwa kita menuju kepada keadaan yang lebih baik dalam segala bidang, sehingga predikat yang buruk yang selama ini dialamatkan kepada umat Islam akan hilang dengan sendirinya, dan pada gilirannya kita diakui sebagai umat yang terbaik, baik agamanya, baik kepribadiannya, baik moralnya, tinggi intelektualnya dan terpuji, amin.

Jilbab Seorang Muslimah

Jilbab Seorang Muslimah

May 11, 2013

Wanita. Makhluk yang sangat dimuliakan oleh Allah, Rasulullah, juga Islam. Begitu mulianya, sehingga mereka dijaga oleh 4 lelaki. Yaitu ayahnya, suaminya, saudara laki-lakinya, dan anak lakilakinya.Wanita ibarat permata yang sangat berharga, karena alasan itulah Allah menurunkan Firman-Nya dalam Surat Al-Azhab ayat 59 yang berbunyi sebagai berikut:
“Wahai Nabi. Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan juga istri-istri orang mukmin. Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke tubuh mereka yang demikian agar mereka mudah dikenali dan tidak diganggu”.

Namun apa yang terjadi saat ini? Banyak kita temui wanita muslim yang berjilbab akan tetapi mengenakan baju lengan pendek, baju yang ketat, dan baju yang berbahan tipis. Mereka mengenakan pakaian seperti itu karena terpengaruh mode masa kini. Para muslimah cenderung meniru artis-artis idola di TV yang mengenakan jilbab sebatas leher dan mengenakan baju yang memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhnya. Juga banyak pula yang melepas jilbabnya apabila tidak ada yang memintanya untuk memakai jilbab. Contohnya, banyak sekali artis-artis papan atas yang berjilbab akan tetapi hanya untuk syuting. Banyak yang melepas jilbabnya disaat tidak diperlukan lagi. Tingkah muslimah yang berjilbab pun, hendaknya disesuaikan dengan penampilannya. Sebagai contoh, apabila kita berpergian tidak jarang kita temui wanita muslim berjilbab akan tetapi pergi berkencan dengan lelaki yang bukan muhrimnya, banyak juga kita temui muslimah yang memakai jilbab akan tetapi merokok, dan bahkan ada pula yang pergi ke klab malam menggunakan jilbab.

Sangat disayangkan, karena hal itu tidak berkenan dengan apa yang dikatakan Al-Qur’an. Ternyata memang benar apa yang dikatakan Rasulullah, Muhammad SAW:
“Pada akhir umatku nanti, akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka terdapat bongkol (punuk) unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka itulah wanita yang terkutuk”.

Jilbab adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul. Jilbab itu ‘iffah (kemuliaan). Jilbab itu kesucian. Jilbab itu pelindung. Jilbab itu taqwa. Jilbab itu iman. Jilbab itu haya’ (rasa malu). Jilbab itu ghirah (perasaan cemburu). Tak kan ada rasa sesal maupun kecewa sedikit pun memakai jilbab. Kesetiaan pada jilbablah yang harus dilekatkan di hati. Allah berfirman:
‘’….. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar”. (QS. An-Nisa ayat 13)

Hijab dan Jilbab adalah masalah Fiqih (Syari’ah), Keempat Mazhab yang terkenal seperti Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali dan semua ahli Fiqih dan Syariat Islam sependapat bahwa aurat perempuan adalah semua badannya kecuali Muka dan Telapak tangan. Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak-lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR Muslim).

Seorang muslimah akan selalu ingin menjadi tampil menarik di hadapan manusia. Akan tetapi, penampilan yang paling menarik dari semua penampilan adalah penampilan yang sesuai syariat Allah, sang pengasih dan penyayang hambanya dengan memerintahkan memakai jilbab sebagai penyempurna kewajiban sebagai seorang muslimah yang sudah baligh, hal ini adalah bentuk kasih sayang kepada hambanya khususnya wanita. Yakinlah bahwa Allah SWT membuat aturan ini demi umatnya, khususnya para muslimah. Karena Allah tidak pernah memerintahkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi umat manusia. Berikut manfaat dari berjilbab:
1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)
2. Terhindar dari pelecehan Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman sabda Nabi Muhammad SAW:
“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR. Bukhari)/
3. Memelihara kecemburuan laki-laki Sifat cemburu adalah sifat yang telah Allah SWT tanamkan kepada hati laki-laki agar lebih menjaga
harga diri wanita yang menjadi mahramnya. Cemburu merupakan sifat terpuji dalam Islam.
“Allah itu cemburu dan orang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah adalah apabila seorang mukmin menghampiri apa yang diharamkan-Nya.” (HR. Muslim)
4. Akan seperti bidadari-bidadari di surga “Dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya, mereka tak pernah disentuh seorang manusia atau jin pun sebelumnya.” (QS. Ar-Rahman: 56) Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga. Yaitu menundukkan pandangan, tak pernah disentuh oleh yang bukan mahramnya, yang senantiasa di rumah untuk menjaga kehormatan diri. Wanita inilah merupakan perhiasan yang amatlah berharga.
5. Mencegah penyakit kanker kulit Penelitian menunjukkan kanker kulit biasanya disebabkan oleh sinar Ultra Violet (UV) yang menyinari wajah, leher, tangan, dan kaki. Kanker ini banyak menyerang orang berkulit putih, sebab kulit putih lebih mudah terbakar matahari.

Karena itu, bagi muslimah-muslimah yang peduli pada diri sendiri atas kehidupan akhirat pakailah pakaian yang sesuai syariat Allah. Insya Allah engkau bahagia dunia dan akhirat sebab hati ini akan tenteram jika melaksanakan syariat Islam. Jika memakai pakaian yang tidak sesuai syariat penulis yakin bahwa sebenarnya dalam hati kecil kita berkata sebenarnya seluruh wanita muslim ingin berpakaian sesuai syariat tapi pikiran dan hawa nafsu ingin berpakaian yang tidak sesuai syariat Allah.

Pakaian muslimah sekarang kebanyakan membungkus bukan menutup, perbedaan membungkus dan menutup, contoh membungkus itu berpakaian tapi lekuk-lekuk masih sangat terlihat dan transparan, akibat pakaian kekecilan dan ketat. Sedangkan menutup, berpakaian dengan baik rapi tanpa menampakkan model-model lekuk-lekuk tubuh alias tidak ketat.

Tidak ada kata ‘tidak siap’ untuk berjilbab, karena jilbab merupakan kewajiban dan merupakan dosa apabila tidak dilaksanakan. Lalu, mengapa tidak siap? Haruskah kita menunda amal baik? Kita juga tidak tahu apa yang terjadi beberapa waktu mendatang. Kita tidak tahu apakah satu jam mendatang kita masih ada di alam dunia atau alam barzakh. Apakah harus menunggu hingga saat it tiba untuk sadar?

Bagi para muslimah yang ragu dan tidak siap untuk berjilbab, Perkataan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berikut seharusnya menjadi renungan:
“Jika engkau berada di waktu sore, maka janganlah menunggu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore.  Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang sakitmu dan manfaatkanlah hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari no. 6416).
Hadits tersebut menunjukkan dorongan untuk menjadikan kematian seperti berada di hadapan kita sehingga bayangan tersebut menjadikan kita bersiap-siap dengan amalan shalih.Maka, yakinlah bahwa syariat mengatur kehidupan kita, itu semua teruntuk kebaikan dan kemashlahatan dunia dan akhirat, tidak akan berpengaruh kekokohan Allah sebagai Tuhan, jika berhijab syar’i atau tidak, hasilnya akan kembali kepada diri pribadi kita masing-masing.

Penulis:

Atthaya Maharani
Siswi SMP Muhammadiyah 5 Surabaya kelas 8E

Bukan Kamu

Bukan Kamu

May 11, 2013

Awalnya, ujian Matematika tersebut berlangsung dengan nyaman bagi Raihan. Bocah jenius itu memang slalu menjadi bintang di sekolah, tak pernah absen sekalipun. Tak salah jika penampilan Raihan selalu dianggap aneh oleh anak anak di sekolah, dengan kacamata tebalnya, dan rambut bak anak culun dengan berponi yang dibelah tengah selalu menjadi ciri khasnya.
Secarik kertas mengenai punggungnya dengan innocentnya, tak tau bahwa dia sedang berpikir dan hampir selesai. Tiba-tiba pikirannya lenyap seketika dan dengan perlahan dia mengambil kertas didekat kakinya tersebut dengan hati-hati agar tidak membuat para pengawas curiga. Perlahan-lahan tapi pasti ia berhasil mengambil kertas tersebut. Dan ia membacanya.
“Raihan, apa isi nomer 11-17?” Tanya Rizal Setelah membaca surat tersebut. Raihan langsung membalas di kertas tersebut sama dengan jawabannya dan kembali melemparkannya ke Rizal. Rizal sangat kegirangan dan langsung memindahkan jawabannya Raihan ke LJK nya.
Rizal memang terkenal berandalannya. Menurutnya penampilanlah yang utama daripada pendidikan. Tak salah jika perawakannya yang tinggi menjulang dan wajah tampannya tanpa berjerawat selalu menjadi idaman para cewek di sekolahnya.
Begitupula aku, aku memang menyukai Rizal sejak kelas 7. Tapi menurutku dia tidak mengenal aku. Jadi aku hanya menyimpannya dalam dalam dan berusaha rasa suka tersebut tidak mengganggu pelajaranku di sekolah.
“Hei, terimakasih ya Rai,” Rizal mendatangi meja Raihan yang tengah asik dengan bukunya ketika ujian telah selesai. Raihan yang merasa terganggu tidak menjawabnya dan tetap asik membaca buku tersebut.
Rizal meninggalkan kelas ujian dengan mendengus kesal. Ia langsung bergabung bersama gengnya di kantin. Kebetulan aku juga sedang berada di kantin.
“Halo Aida,” sapanya canggung. Aku tidak percaya dia menyapaku.
“Hai Rizal. Aku Permisi dulu ya,” Jawabku canggung,malu, senang, semua bercampur jadi satu dalam hati.
Aku pun pulang dalam rasa bahagia. Untung ujian Matematika ini adalah ujian terakhir, jadi aku bisa cerita semuanya ke Mbak Salsa. Di tengah pembicaraan itu, tiba-tiba HP ada sms dari nomor yang tak dikenal.
“Hai”, Begitulah bunyinya.
Aku segeramembalasnya, “Hai juga. Maaf, ini siapa ya?”
2 menit berlalu belum ada tanda-tanda akan bergetarnya HP ku. Tiba-tiba,
“Aku Rizal, Aida.” “Masa kamu gak kenal?” bunyi pesan di Hpku.
Hah? Rizal? Ini mimpi? Tau darimana dia nomorku? Beribu pertanyaan mengisi otak ku. Segera aku membalasnya, “Oh Rizal. Ada apa Zal?”
Penasaran aku menunggu balasannya, semenit berlalu, dua menit, 10 menit hingga setengah jam tak juga ada jawaban darinya. Aku masih menunggu balasan darinya hingga akhirnya aku putuskan untuk tidur karena hari sudah malam.
Seminggu kemudian, semua nilai keluar. Si Bocah jenius itu berteriak kegirangan setelah melihat semua nilainya yang rataratanya 95 sementara Rizal memiliki rata-rata 85. Aku turut senang bukan main setelah melihat semua nilai yang keluar rata-rata 90.
“Rizal kini berubah menjadi pintar” Gumanku dalam hati. Menurut saya apa yang diraih Rizal lan dari apa yang dia raih selama ini karena biasanya anak itu hanya mendapat rata-rata 75. “Ada apa dengan Rizal?” Kataku semakin penasaran.
“Hei Zal, selamat yaa. Nilaimu bagus-bagus,” Kataku memberinya selamat dengan tulus.
Rizal tersentak, “Eh Aida. Iya, Makasih yaa... Nilaimu juga bagus-bagus yaa,” Tambah Rizal.
“Ahahahaa, makasih kembali Rizal,” Jawabku malu. Suasana kemudian terasa sunyi dan hening, namun tiba-tiba Rizal berkata, “Aida, aku boleh ngomong sesuatu?”
DEG! bunyi apa itu? Oh tidak itu bunyi detak jantungku. Aku gugup sekali.
“Boleh Zal, ngomong saja” Jawabku
“Aida, aku suka sama kamu,” Katanya pelan.
“Apa aku ga salah dengar?” Kataku penasaran. Dia ternyata juga suka padaku. Rasanya ada hujan Emas di kantin. Senaaaaang sekali.
“Oh, iya makasih. Sepertinya aku harus segera pergi,” jawabku enteng. Well, sedikit berbohong gak papa kan?
“Aida, TUNGGU!” Kata Rizal sambil menggenggam tanganku.
“Apa lagi Rizal?” Tanyaku pura-pura kesal.
“Kamu belum jawab pertanyaanku,” Pinta Rizal.
“Pertanyaan? Kamu itu ngasih pernyataan , bukan pertanyaan,” Aku menjebaknya.
“Hahaha, kamu polos sekali Aida. Maksudku, kamu mau nggak jadi pacarku?” Ucap Rizal balas pertanyaanku.
Rizal tertawa? didepanku? Tampan sekali. Aku terperangah dia mengatakan seperti itu.
“Aku ga bisa Rizal. Pelajaran adalah pacar utamaku. Bukan kamu,” Kataku coba yakinkan Rizal.
Luka. Iya, luka yang aku rasakan setelah aku mengucapkannya. Jujur saja, aku ingin sekali menerimanya.
“Aida, aku ingin jujur satu hal sama kamu. Semua ujianku itu nyontek ke Bocah jenius itu. Aku ingin mengerjakannya sendiri, tapi aku merasa gak mampu,” Kata Rizal penuh nada penyesalan.
Aku terperangah untuk yang kedua kalinya mendengar pengakuan Rizal. Dia yang selama ini saya anggap telah berubah, ternyata memperoleh hasil bukan karena kerjanya sendiri. Dia mencontek? makanya nilainya bagus? “Ya Allah Rizal.” Jawabku kaget.
“Rizal, kita masih bisa bersahabat, Kita masih bisa memperbaiki nilai-nilai kamu,” Kataku belagak menasehinya kayak orang tua.
“Kita? kita Aida?” Tanya Rizal.
“Iya kita. Gini aja, gimana kalo mulai sekarang kita belajar bersama. Kamu jadi muridnya, aku gurunya” Kataku yakinkan Rizal sambil bergurau.
Rizal kaget mendengarnya. “Benarkah itu Aida? kamu mau ngajar aku?”
“Iya Rizal. masih ada waktu 3 bulan menjelang UAS. Aku tunggu kamu di perpus saat istirahat, oke?” Kataku yakinkan Rizal sekali lagi
“Terima kasih banyak Aida” Kata Rizal.
“Well, aku harus pergi, sampai jumpa Rizal,” Kataku sambil melambai pada Rizal.
Begitulah keseharian saya dengan Rizal dimana kami sering menghabiskan waktu bersama. Tanpa terasa 3 Bulan sudah berlalu dan UNAS sudah didepan mata. Satu minggu menjelang UAS, intensitas pembelajaran saya dan Rizal semakin sering. Pembelajaran itu terus kami lakukan hingga
Unas selesai dan tibalah saat yang mendebarkan dimana nilai-nilai UAS dibagikan. Kami semua berdebar-debar tak sabar menunggu hasilnya tapi juga cemas khawatir nilai yang kami peroleh tidak sesuai harapan alias jelek. Ketika nilai diumumkan, Si bocah jenius memiliki rata-rata
100 dengan sempurna. rata-rataku bertambah menjadi 95 dan yang lebih fantastis, Rizal mendapat rata-rata 90. Rizal sebenarnya adalah anak
yang pintar. Satu minggu kemudian ketika raport dibagikan.
“Aida!” Sapa Rizal.
“Hei Zal, Kamu rangking berapa?” Tanyaku basa basi
“Atas bantuanmu, aku mendapat rangking 2. Kalau kamu?” Tanya Rizal.
“Well, aku rangking 1. Hehehee,” Jawabku sombong dikit....Tiba-tiba Rizal merangkulku. Refleks aku melepaskannya dan berlari menjauhinya
“Aidaa!” Kata Rizal dari kejauhan.
“Kamu ga akan bisa nangkep aku, Rizal. hahahahaa,” Kataku sambil berlari meninggalkan Rizal.
“Awas kamu ya, Aidaa. hahahahaa,”Kejar Rizal. Happy Ending...

(*) Helmi Nur Eka Rahayu (Kelas 9E)

Cerpen Cinta Tanah Airku

Cerpen Cinta Tanah Airku

May 11, 2013

“Pemenang Lomba Kebersihan, Kerapihan dan Kehiajauan Desa pada tahun ini kembali diraih oleh desa “IMPIAN” ungkap seorang lelaki setengah baya di atas podium. Serentak gemuruh tepukan tangan membahana di lapangan tempat acara penutupan Lomba Kebersihan, Kerapihan dan Kehijauan Desa itu dilaksanakan.

Memang tak ada satu orang pun yang memungkiri kalau desa itu akan kembali memenangkan lomba tersebut untuk kesekian kalinya, apalagi kalau melihat kondisi yang nyata di desa itu. Pesawahan yang luas nan hijau, perairan yang terus mengalir deras, tata kota yang menawan dan ratusan alasan lainnya, termasuk kesejahteraan penduduknya yang hampir merata.

Kepala desa tempat itu bernama pak Raja Adil. Semenjak ia terpilih jadi kades, sejak itu pula desa tersebut selalu jadi juara setiap lomba kebersihan dan kerapihan desa, baik yang diadakan oleh kabupaten Kemakmuran atau Propinsi Kesejahteraan. Malah sampai lomba yang diadakan langsung oleh pemerintah Republik Cita-Cita pun pada tahun 2008 desa itu tetap jadi juara.

Kemenangan yang berulang kali itu secara tidak langsung membuat sebahagian orang penasaran. Saking penasarannya beberapa orang membentuk sebuah panitia untuk mengadakan jumpa pers dengan sang kepala desa.

“Apa kiat dan trik-trik yang bapak lakukan dalam hal ini ?” tanya salah seorang wartawan media massa.

“Sebenarnya tak ada hal yang aneh yang kami lakukan dalam hal ini, selama ini kami hanya dan selalu mengingatkan para warga untuk selalu sadar.” Jawab Raja Adil

”Maksudnya apa pak ?” tanya salah satu dari mereka

”Maksudnya semua warga dalam tindak-tanduknya harus dalam keadaan sadar tanpa dikendalikan oleh bujukan atau rayuan siapapun” lanjut pak kades menjelaskan.

“Maksud bapak Setan?” tanya salah seorang wartawan diiringi gelak tawa wartawan dan penonton lainnya.

”Bisa jadi, atau mungkin barang kali bujukan kawan-kawan yang mengajaknya untuk terjun ke dunia tikus.”

” Tapi pak bukannya hal itu membutuhkan hal yang lama?” “Ya, iyalah! namanya juga proses, dimana-mana pasti butuh waktu. Cuman bukan berarti kita harus menyerah kan?” tanyanya balik.

“Terus apakah bapak membentuk tim pengawas?”

“Jadi gini sebelum semuanya di mulai kita memberikan pengarahan tentang materi KESADARAN. Sadar dalam segala hal terutama sadar akan keberadaan sang pencipta dan sadar akan keberadaannya sebagai seorang manusia.”

“Dalam kata lain berarti bapak lebih mementingkan sisi religiusnya di bandingkan kredibilitasnya?”

“Tapi nggak salah khan ? buktinya sampai saat ini tikus-tikus putih di daerah kami bisa teratasi.”

“Apa awal yang mengilhami bapak untuk menggunakan metode ini dalam kepemimpinan bapak?” tanya wartawan lain

“Secara sederhana seperti ini. Ibarat seorang majikan ketika budaknya sadar akan keberadaannya sebagai budak, kemudian ia berlaku sebagimana layaknya seorang budak maka secara tidak langsung sang majikan pun akan sadar akan keberadaannya sebagai majikan. Bukti majikan sadar paling tidak ia akan memberikan gaji pegawainya tepat waktu, atau lebih besarnya lagi sang majikan akan memberikan bonus atas kerjanya yang Ok.”

“Hubunganya dengan keberhasilan bapak dalam kepemimpinan?”

“Kami meyakini dan meyakinkan kepada semuanya kalau bumi ini ada pemiliknya, ada pengurusnya dan ada pemeliharannya dan kami mengibaratkan pemilik itu sebagi majikan, dan kami sebagi budakNya.”  Desa itu memang indah, berada jauh dari keramaian kota. Sebuah tempat di mana gunung-gunung tinggi jadi bentengnya, di mana pohon-pohon besar jadi pagarnya, sawah-sawah jadi halamnya, sungai dan danau jadi kolamnya.

Penduduknya hidup berdampingan tanpa beban. Tanpa rasa takut akan ancaman ataupun serangan. Keberhasilan desa tersebut yang kesekian kalinya dalam perlombaan tersebut, betul betul disambut hangat oleh seluruh penduduknya. Sampai seorang pemuda saking gembiranya, dengan semangat tinggi sambil berlari mencoba naik ke atas puncak bukit, Rona bahagia di mukanya begitu terlihat.

Selang beberapa saat sang pemuda pun sudah sampai di atas bukit. Sambil menghadap ke arah sang surya pagi yang berada di atas kepala desanya. Ia berteriak:
Aku bangga menjadi anak Kemakmuran, Aku bangga bertanah air Kesejahteraan, Aku bangga budayaku Cita-Cita, Aku bangga bahasaku Cita-cita. Anak-anak bermain seru, Para gadis berjilbab malu, Para ibu berdandan ayu, Para bapak optimis karena mau  yang ia tahu walaupun hanya dengan sebuah cahaya lampu, pengajian tetap berjalan, Walaupun tanpa segelas susu, air danaupun mengenyangkan, Sawah sawah nan hijau membentang, pohon pohon besar nan rindang berderet panjang. Aliran-aliran sungai mengalir tenang, hewan-hewan bernyanyi riang, Begitu indah …… Begitu damai…… Begitu tentram … Suasana yang tercipta. Apalagi di pagi hari ketika alunan gemercik air dan lantunan desahan angin membentuk irama harmonika memecah sunyi, bangsaku, budayaku, tanah airku, Cita-Citaku.

Sejenak Pemuda itu diam seribu bahasa, mencari kata lain yang tepat untuk membanggakan tanah airnya, untuk memuji bangsanya. terlihat sorot mata yang penuh asa dan senyum simpul menghiasi wajahnya yang tak setampan arjuna. Pakaian kebesaran orang-orang miskin yang dipakainya tak membuat ia malu untuk berbangga. Bolongan-bolongan di bajunya ia anggap bak bunga-bunga yang terlukis dibajunya.

”Ha ..ha … ha ..” sebuah suara keras bernada merendahkan memecah keheningan yang tercipta. ”

“Wey….. siapa kamu?” tanya sang pemuda sembari menyembunyikan rasa takut yang menghinggapinya.

”Tak usah kau tahu siapa aku…. tak usah kau tanya siapa namaku …. ” jawab sang sumber suara. Aku cuman mau bilang : Tak usah kau banggakan bangsamu, tak ada guna kau puji Indonesiamu, sekarang semuanya sudah berlalu, buka jendela rumahmu dan lihatlah sekelilingmu.
Lihat ….. anak anak sudah mulai bermain dadu, para pemuda mulai buka tutup kartu, para gadis tak lagi berjilbab malu. Mereka
mulai berjalan ponggah sambil berkata ini dadaku.
Lihat … para ibu tak lagi berdandan ayu melainkan penuh dengan polesan abu. Seorang ayah tak lagi mau yang ia tahu melainkan tahu yang ia mau. Tidak kah kau lihat rok mini-rok mini itu? tidak kah kau lihat lipstick-lipstik tebal itu? Tidak kah kau tengok botol dan kertas itu? Tidakkah kau perhatikan orang-orang gila itu? Anak anakmu tak lagi punya masa depan Pemuda bangsamu tak lagi punya harapan, para gadismu tak lagi punya impian, Semuanya telah kalah oleh jaman.
”Tapi… ” ungkap si pemuda memotong, itu bukan bangsaku, itu bukan budayaku,” wahai pemuda
“Lugu …!” panggil sang suara. Bukankah yang di ibukota itu bibimu?
Bukankah yang berdasi itu pamanmu?
Bukankah yang berpesta itu sepupumu?
Bukankah yang beralmamater itu kerabatmu? Tak usah kau malu untuk berkata iya. Tak usah kau berdusta dengan berkata tidak akui lah semuanya
karena aku tidak buta.
“Sobat …. aku tak mau lama-lama denganmu. Aku jenuh … cape … bosan… ” ungkap sang suara.
” Cuma ingatlah satu hal!” lanjutnya, Rumahmu memang bangsamu tapi bangsamu bukan rumahmu.
” Wey tunggu …. tunggu ..kita belum selesai ” teriak sang pemuda namun sayang sang suara tak lagi meyahut. Ia pergi meninggalkan sang pemuda sendirian dalam kebingungan.

Rona ceria berubah duka, ada lara yang tercipta di diri sang pemuda. Tubuhnya mulai melemas, omongan omongan pedas sang suara seolah telah memakan seluruh energinya. Dengan sengaja ia jatuhkan tubuhnya ke atas rumput yang diinjaknya. Langit biru yang tak berhiaskan awan ia jadikan mainan tatapan kosongnya Setelah sekian lama termenung, ada sebuah cahaya harapan yang muncul dari mukanya, sekilas terlihat ada perang batin yang hebat mulai terjadi dalam jiwa sang pemuda. Dengan susah payah ia mencoba untuk bangkit, sambil menarik napas ia mencoba mengumpulkan serpihan-serpihan energinya.

Duka diraut mukanya ia coba ubah dengan asa. Lara di hatinya ia coba ganti dengan cita. Sejenak ia berpikir, kemudian mengangkat kakinya untuk melangkah menuruni bukit ” tugasku masih banyak …. ya Robb bantu hambaMu !” do’anya dalam hati. Sambil memandang ke atap bumi.